Selvy Kharisma On Senin, 25 Maret 2019 0 Comments

Makna di balik Tari Pagar Pengantin Palembang
Jika kamu sedang menghadiri pesta resepsi pernikahan yang kental dengan adat istiadatnya, pasti kedua pengantin akan mempersembahkan sebuah tarian. Ternyata banyak makna dibalik tari pengantin itu, brides. Sudah dipastikan setiap daerah di Indonesia memiliki tarian khas untuk acara pernikahan. Namun, masih banyak masyarakat yang belum mengetahui jenis tarian apa saja yang dapat ditampilkan untuk acara pernikahan. Selain itu, setiap tarian daerah pasti memiliki maknanya tersendiri. Berikut ini beberapa tarian adat beserta maknanya yang sering digunakan untuk acara resepsi pernikahan.
1. Tari Pagar Pengantin dari Sumatera Selatan
Tari Pagar Pengantin merupakan salah satu dari sekian banyak tarian tradisional yang berasal dari daerah Palembang. Tari Pagar Pengantin ini biasanya ditampilkan pada saat acara resepsi pernikahan adat Palembang. Tarian yang dilakukan oleh pengantin wanita ini dijadikan simbol sebagai tarian terakhirnya sebelum kehidupannya berubah menjadi istri dari seorang lelaki. Dalam melakukan tarian ini, pengantin wanita didampingi oleh saudara perempuannya yang berjumlah antara 3, 5, atau 7 orang. Pengantin wanita menari di tengah sebuah baki besar atau dalam bahasa Palembang-nya disebut dulang dengan disaksikan oleh pengantin pria.
2. Tarian Sembah Sigeh Penguten dari Lampung
Tari Sembah Sigeh Penguten atau tari penyambut tamu ini adalah salah satu tarian yang terkenal di kota Lampung. Tarian ini biasanya ditampilkan oleh masyarakat Lampung untuk menyambut dan memberikan penghormatan kepada para tamu atau undangan yang datang pada acara resepsi pernikahan atau upacara selamatan. Tari Sembah Sigeh Penguten menjadi salah satu aset budaya Lampung yang memperagakan gerakan atraksi petaburan beras kunyit sebagai lambang doa permohonan keselamatan dan kegembiraan. Selain itu, tarian ini juga sangat menonjolkan ciri khas budaya Lampung. Salah satunya, yaitu busana yang dipakai oleh pengantin wanita asli suku Lampung lengkap dengan sigernya dan memakai kuku panjang yang terbuat dari emas atau tembaga.
3. Tari Molapi Saronde  dan Tari Tidi Daa dari Gorontalo
Tari Molapi Saronde dan Tari Tidi Daa adalah tarian khas dari Gorontalo yang dibawakan saat resepsi pernikahan. Perbedaan dari kedua tarian tersebut, yaitu untuk Tari Molapi Saronde ditampilkan oleh pengantin pria dan ayah atau walinya. Tarian tersebut menggunakan properti selendang yang digunakan secara bergantian oleh pengantin pria dengan sang ayah. Momen tersebut juga dijadikan ajang untuk mengintip pengantin wanita oleh pengantin pria. Sedangkan untuk Tari Tidi Daa dibawakan oleh pengantin wanita dan pendampingnya. Tarian ini menggambarkan keberanian dan keyakinan menghadapi kehidupan rumah tangganya.
4. Tari Payung dari Minangkabau
Tari payung adalah tarian khas dari adat Minangkabau yang sering ditampilkan dalam acara resepsi pernikahan. Tarian ini ditampilkan oleh 3 hingga 4 pasang penari lengkap dengan beberapa properti, seperti payung yang memiliki makna perlindungan dari seorang suami kepada istrinya dan selendang yang bermakna kesiapan dari seorang wanita untuk menjalani hidup berumah tangga. Selain itu, tarian ini juga diiringi oleh lagu yang berjudul Berbendi-bendi ke Sungai Tanang.
5. Tari Merak dari Jawa Barat
Tari Merak diciptakan oleh Raden Tjetje Somantri di tahun 1950-an. Tarian ini sangat terkenal dan sering sekali digunakan untuk menyambut kedatangan pengantin pria dalam memasuki pelaminan. Pada umumnya, tarian ini dibawakan oleh seseorang atau beberapa orang penari yang biasanya berbusana penuh dengan warna. Warna tersebut mencerminkan pesona burung merak. Tarian ini diiringi dengan alat musik gamelan Sunda yang menggambarkan keanggunan, keindahan, serta kelincahan seekor burung merak jantan yang berusaha menarik hati sang merak betina. Untuk pertunjukan tari merak ini, biasanya dipadukan dengan Ki lengser yang bertugas untuk memberikan banyak nasihat untuk kebaikan dari kedua pengantin.. Ki lengser adalah tokoh sunda (orang tua) yang lucu dan humoris.
6. Tari Bedhaya dari Yogyakarta
Tari Bedhaya atau yang sering disebut Tari Bedhaya Manten ini merupakan karya dari Sultan Hamengkubuwono IX. Tarian ini dibawakan oleh 6 orang penari yang terdiri dari 2 penari berperan sebagai sepasang pengantin dan 4 orang sebagai penari serimpi. Karena tarian ini memiliki tingkat kesakralan yang tinggi, maka penarinya harus masih gadis. 2 penari yang berperan sebagai sepasang pengantin ini memiliki makna bahwa perjalanan sepasang manusia dari kecil hingga memasuki gerbang pernikahan harus memiliki kesiapan dan kemandirian untuk membangun rumah tangga, sedangkan 4 penari serimpi lainnya bermakna sebagai empat unsur bumi yaitu api, air , udara, dan tanah.

0 komentar:

Posting Komentar